Kamis, 01 Oktober 2009

Mengikis dan bergeser

Enam puluh tahun sudah aku menikmati terbit dan tenggelamnya matahari. Sudah waktunya bagiku untuk semakin mengikis habis keinginan-keinginan walaupun sebagian besar tidak terealisasi sebagaimana aku harapkan. Bahkan aku rasakan sepertinya tidak akan terealisasi hingga akhir hayatku. Orang bilang aku tidak pandai berdoa. Bahkan orang bilang aku tidak pernah berdoa sepenuh hati. Orang yang lebih “jujur” lagi bahkan mengatakan meragukan kereligiusanku.

Bagiku sangat sulit mengartikan kata “religius” ini. Adakah tolok ukur kereligiusan seseorang? Apakah kebalikan “religius” adalah “atheis”? Singkatnya, apakah ia menganggapku seorang atheist? Sepuluh tahun yang lalu aku tidak pernah ambil pusing tentang kata orang perihal kereligiusanku. Kini, ketika umurku sudah tidak muda lagi, alias tua, aku mulai memikirkan kata orang tentangku. Untuk mencari jawabnya, aku mulai menelusuri artikel-artikel di internet tentang religi. Setelah aku membaca artikel-artikel tentang religius dan agama, naluriku mengatakan, aku bukan seorang atheist. Tetapi siapakah yang memferifikasi seseorang itu sebagai religius atau atheist? Atau diantara keduanya, alias nggak tahu apa-apa. Definisi-definisi tentang hal yang berkaitan dengan itu semua, tidak bisa menjelaskan dimanakah posisiku yang paling tepat. Dan lagi apa relevansinya untuk kuketahui? Kalau kembali pada persoalan mengikis berbagai keinginan, apakah aku sedang bergeser pada keinginan yang lain, yaitu keinginan mengenali diriku sendiri? Tetapi tentang diriku yang mana? Asal usulkah? Sampai tingkat nenek moyang yang mana? Tentang karakterkukah? Untuk apa aku harus tahu? Kapan aku mati? Bukankah kematian adalah misteri sang pencipta? Nah, apakah benar anggapan orang bahwa aku atheist bila aku mempercayai adanya sang pencipta? Rasanya tidak ada relevansi apapun tentang pemikiran atheist atau religius atau bahkan apapun ketika dalam menunggu kematian. Semua sekedar definisi yang tidak ada kekekuatan penentu dikehidupan nanti. Dikehidupan nanti? Adakah? Apakah itu bukan reinkarnasi yang pernah aku dengar dari ayahku? Apakah pemikiranku dalam bingkai konsep itu? Kalau demikian, apakah aku pada status sadar atau tidak sadar adalah penganut ajaran aliran Buddha?